Banner 468 x 60px

 

Logically Falacies

Logically Fallacies
Logically Fallacies adalah Sesat Nalar.
yang dimaksud sesat Nalar adalah Sebuah Argumen tidak dapat berlanjut akibat menemui titik mati Argument. yang disebut titik mati Argumen adalah Argumen tidak menemui fikiran berlanjut karena lawan bicara tidak bisa melanjutkan pernyataan.
Berikut adalah Logicallay Fallacies yang paling populer:
1.) Ad Hominem atau bahasa gaulnya: ngata-ngatain.
Ad hominem ini adalah kesalahan logika ketika kita menyerang sosok pembawa argumen alih-alih argumennya. Kita memandang rendah pendapatnya hanya karena karakter personal yang kita anggap tak kredibel.
Contoh populer A: "Jadi demikianlah paparan saya. Kita perlu menambah jumlah peternakan lele karena tingkat konsumsi yang tinggi."
B: "CYBORG MANA NGERTI WOOOOYY"
Hanya karena A adalah sesosok cyborg yang di mata B tidak mengerti apa-apa, B menganggap bahwa argumen A tentang peternakan lele tidak dapat diterima.
B tidak memberikan argumen balasan mengapa peternakan lele tidak perlu ditambah.
2.) Slippery slope
Familiar dengan tulisan di bawah ini? Naaah, ya ini contoh paling pas dari slippery slope. https://t.co/ZfIP7pwtsi Slippery slope adalah kesalahan berpikir yang mengasumsikan bahwa kejadian A akan berdampak pada kondisi kondisi ekstrem. "Bukannya mungkin ya?" Ya, tapi yang jadi masalah adalah saat tak ada bukti. Orang yang melakukan slippery slope lebih mendasarkan pendapatnya pada emosi. Contoh lain: 'Hari ini mereka minta X, besok mereka minta Y, pasti suatu hari nanti mereka akan melakukan Z! Untuk itu, jangan kasih mereka X!"
3.) Red herring
Nama gaulnya: "lagi bahas apa, njawabnya apa." Red herring ini adalah kesalahan berpikir ketika seseorang membawa topik yang tidak relevan untuk mengalihkan perdebatan.
Mengapa namanya red herring? Ini merujuk kepada ikan herring yang kalau dimasak akan berubah kemerahan dan berbau menyengat, mendistraksi perhatian. Ini sering banget muncul ketika ada berita bencana atau peperangan. A: "Mari galang dana, tunjukkan kepedulian kita untuk Wakanda" B: "Ngapain kita sok ngurus Wakanda? Di Kuvukiland, saudara kita mati setiap hari!"
4.) Strawman
Dari semua kesalahan logika, menurut saya strawman ini yang paling menyebalkan. Ia terjadi ketika kita salah menginterpretasikan argumen orang lain, lalu menyerang argumen tersebut dengan interpretasi kita yang salah tadi.
Istilah gaulnya: melintir omongan. Pernah baca artikel-artikel dengan pembuka judul bombastis seperti "SKAKMAT!", "TELAK!", "BUNGKAM!" atau sejenisnya? Nah, hati-hati, bisa jadi banyak strawman di sana, apalagi kalau artikelnya berat sebelah. Kesalahan argumen ini disebut strawman. Mengapa?
Bayangkan kalian sedang marahan dengan A. Alih-alih mengkonfrontasi A secara langsung, kalian membuat "boneka jerami" untuk dipukuli sendiri, lalu kalian mengklaim menang berkelahi melawan A. Begitulah perumpamaannya. Misalnya:
👨‍
🎓: "Pertama, kita perlu mengumpulkan bukti-bukti komprehensif agar pelaku dapat diganjar dengan setimpal." 👿: "Jadi kamu tidak suka pelaku dihukum? Kamu simpati dengan pelaku, pasti kamu bagian dari jaringan pelaku!" Terus besoknya, pernyataan kita dipelintir lagi di media massa: "Telak! Orang ini bungkam seorang simpatisan yang menolak agar pelaku dipidana."
5.) Tu quoque
Bahasa gaulnya: "kaya situ nggak aja" Istilah tu quoque ini diambil dari bahasa Latin yang berarti "kamu juga"
Kesalahan logika ini membalas kritikan dengan kritikan juga. Penyanggah merujuk kepada "kemunafikan" pembawa argumen, sehingga memunculkan anggapan bahwa argumen yang dibawa menjadi tidak valid. Contoh: Kamu dikritik seorang teman karena menyontek esainya. Setelah itu, kamu balas kritikannya dengan mengungkit bahwa temanmu pernah menyontek di semester pertama. Kuwa kuwi 😂😂😂
Nah, tu quoque ini sering kita jumpai di postingan politik. Biasanya begini:"Woi, capresmu lho habis bikin kontroversi!" "Halah, kaya junjunganmu nggak aja. Tuh kemarin ngehoax!" "Junjunganmu raja hoax!" "Situ juga!" Muter di situ aja sampai capek. Mungkin "tu quoque" bisa diserap 😄
6.) False dichotomy
Yang ini juga populer. False dichotomy adalah kesalahan berpikir yang menganggap bahwa hanya ada dua pilihan terhadap suatu kasus, walau nyatanya ada pilihan-pilihan lain di antaranya. Nama lain false dichotomy ini adalah "black-white fallacy"
"Kalau kamu tidak dukung Jokowi, berarti kamu pendukung Prabowo." Padahal nggak sesimpel itu. Bisa saja dia apolitis, bukan warga negara Indonesia, kecewa karena calonnya nggak lolos, atau pendukung @nurhadi_aldo. Sama seperti twit viral saya yang dulu mengatakan bahwa tidak memilih nikah dini belum tentu memilih zina dini.
Ada kemungkinan belum sanggup nikah karena lagi sibuk puasa, kuliah, kerja mbiayain keluarga, jadi shaolin, gabung ke Hydra, atau magang di Krusty Krab. Buat yang belajar HI, pasti nggak asing dong dengan salah satu false dichotomy paling ampuh dua dekade belakangan ini:
👨‍
"Either you are with us or you are with the terrorists"
7.) Burden of proof
Kesalahan berpikir satu ini terjadi ketika kita membuat sebuah klaim, lalu mengatakan itu benar hanya karena pihak lain tidak mampu membuktikan kesalahannya. Contoh:
A: "Michael Jackson masih hidup, yang meninggal pas 2009 kemarin itu cuma kloning." B: "Buathukmu."
A: "Buktikan saya salah, kalau gak bisa berarti saya benar."
👨‍
8.) Appeal to authority
Kesalahan logika ini terjadi ketika kita menganggap argumen kita benar hanya karena ia dikatakan oleh seorang yang berpengaruh. Contoh:
A: "Bumi itu datar."
B: "Ngawur. Belajar astronomi sana."
A: "KAMU DIBOHONGI NASA! KATA CHANNEL FLET URF 101 ASUHAN GURUKU DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI, BUMI ITU DATAR. TITIK!"
9.) No True Scotsman
Hmm, ini njelasinnya gimana ya. Intinya adalah: kesalahan logika ini terjadi ketika kita mengabaikan kritik dengan alasan bahwa ia termasuk pengecualian. Apa hubungannya dengan orang Skotlandia? Ternyata ini ilustrasi historisnya:
A: "Orang Skotlandia nggak makan bubur pakai gula" B: "Lha, pakde saya makan bubur pakai gula dan dia orang Skotlandia" A: "Ha berarti dia bukan orang Skotlandia asli"
Jadi, no true scotsman adalah kesalahan logika yang dibangun atas respons kita terhadap pembuktian klaim yang tidak sesuai. Sering dijumpai? Ya. Biasanya ini dilakukan atas dasar "cuci tangan" apabila terjadi sesuatu yang merugikan citra suatu kelompok.
Y: "Golongan kami tidak pernah melakukan kekerasan." Z: "Kemarin saya digebukin sama anggotamu." Y: "Berarti dia bukan golongan kami, hiya hiya."
satu
Dua
Tiga
Empat
Lima

0 komentar:

Posting Komentar